DIKARUNIAKAN PETUNJUK KEPADA ORANG-ORANG YANG BERADA DIJALAN ALLAH S.W.T DENGAN NUR-NUR TAWAJJUH (MENGHADAP ALLAH S.W.T). DAN BAGI ORANG YANG TELAH SAMPAI KEPADANYA, MEREKA ADALAH NUR-NUR AL-MUWAAJAHAH (MUSYAHADAH ATAU SALING BERHADAPAN ANTARA HAMBA DENGAN ALLAH S.W.T). MEREKA YANG DIKARUNIAKAN PETUNJUK ITU ADALAH UNTUK NUR-NUR, SEDANGKAN MEREKA YANG TELAH SAMPAI KEPADANYA MENDAPATI NUR-NUR ITU, LANTARAN MEREKA INI IKHLAS KARENA ALLAH S.W.T BUKAN KARENA SESUATU YANG LAIN-NYA. KATAKANLAH: “ALLAH!” KEMUDIAN BIARKAN MEREKA (ORANG LAIN) BERMAIN-MAIN DALAM KESESATAN.
Hikmah 39 ini menceritakan keadaan dua golongan yang dipanggil sebagai ahli tawajjuh dan ahli musyahadah. Ahli tawajjuh adalah orang sholeh yang berpegang teguh kepada syariat Allah s.w.t dan biasanya digelar ahli syariat. Orang sholeh atau ahli syariat melihat dirinya sebagai satu individu yang berkedudukan sebagai hamba Allah s.w.t. Dia berkewajiban melaksanakan segala perintah Allah s.w.t dan menjauhkan segala larangan-Nya. Dia melaksanakan amal kebaikan dengan ikhlas, tidak didorong oleh sifat riya dan ujub, tidak berbuat sama’ah dan tidak menyombongkan diri dengan amal tersebut.
Allah s.w.t memberkahi amal ibadah yang demikian dan mengaruniakan kepada mereka Nur Tawajjuh. Nur yang demikian membuat mereka merasa damai dan tenang serta merasa dekat dengan Allah s.w.t. Mereka tidak berasa berat untuk melakukan ibadah, karena semakin banyak ibadah yang mereka lakukan semakin mereka memperoleh taqarrub (mendekat dan berhadap kepada Allah s.w.t) dan semakin mereka merasa nikmat dalam beribadah. Mereka bukan saja meninggalkan perkara yang haram tetapi juga yang mubah. Banyak daripada perkara yang halal ditinggalkan untuk menjaga agar mereka tidak terdorong mendekati yang haram, apa lagi melakukannya. Inilah sifat ahli syariat, memakai pakaian wara' dan berjalan dengan Nur Tawajjuh.
Golongan kedua adalah ahli musyahadah, biasanya dipanggil ahli hakikat. Ahli hakikat adalah orang yang mencapai hakikat syariat dan tauhid sehingga tidak melihat lagi sesuatu kecuali Allah s.w.t. Mereka menyaksikan bahwa Allah s.w.t adalah Tuhan Yang Maha Berdiri Dengan Sendiri dan Maha Menentukan. Mereka menyaksikan sifat Allah Yang Maha Sempurna dan Kekal. Pandangan mereka hanya tertumpu kepada Allah Azza wa Jalla. Segala yang maujud tidak memberi bekas pada hati mereka, hanya Wujud Allah s.w.t yang menguasainya, terjadilah musyahadah yaitu saling berhadapan. Nur-nur al-muwaajahah meleburkan hijab yang menutupi alam maujud lalu mata hati melihat kepada Yang Tersembunyi dibalik yang nyata. Mereka akan dapat melihat Rahasia Tuhan yang selama ini terhijab oleh Alam al-Mulk (alam kejadian) dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya. Terbukalah kepada si hamba rahasia Alam Malakut dan nyatalah kedudukan hamba sebagai ayat atau tanda wujud. Mereka melihat ketuhanan Allah s.w.t yang meliputi segala sesuatu dan Allah s.w.t menyaksikan pengabdian hamba-Nya meliputi ilmu dan hatinya.
Allah s.w.t bukakan tabir hijab agar mata hati hamba-Nya dapat menyaksikan kerajaan-Nya yang meliputi yang nyata dan juga yang ghaib.
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Nabi Ibrahim kebesaran dan kekuasaan (Kami) di langit dan di bumi, dan supaya menjadilah dia dari orang-orang yang percaya dengan sepenuh-penuh yakin. ( Ayat 75 : Surah al-An’aam )
Dan janganlah engkau menyembah tuhan yang lain kecuali Allah. Tiada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu akan binasa melainkan Zat Allah. ( Ayat 88 : Surah al-Qasas )
Ada perbedaan pandangan di antara ahli syariat dan ahli hakikat. Ahli syariat berjihad membunuh musuh-musuh Allah s.w.t karena mengharapkan keridha'an-Nya, berharap Allah s.w.t mengaruniakan kepada mereka nur-nur yang membawa mereka sampai kepada-Nya. Para Ahli hakikat sama dengan Ahli Syariat, ketika berjihad dan membunuh mereka melihat kepada firman Allah s.w.t:
Maka bukanlah kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah jualah yang menyebabkan pembunuhan mereka. Dan bukanlah engkau (wahai Muhammad) yang melempar ketika engkau melempar, akan tetapi Allah jualah yang melempar (untuk membinasakan orang-orang kafir). ( Ayat 17 : Surah al-Anfaal )
Orang-orang yang sampai kepada Allah s.w.t berkecimpung dalam nur-nur karena: